Faktor-faktor Pembentuk Vaded with Rejection dalam Resource Therapy & Counselling (RTC)
Semakin melanjutkan tulisan-tulisan sebelumnya tentang Resource Therapy & Counselling (RTC), dimana sebelumnya kita sudah mengulas tentang faktor-faktor yang membentuk keberadaan Vaded with Fear, kali ini kita akan mengulas satu bentuk Vaded State lain yang juga paling umum ditemukan dalam kasus terapi, yaitu Vaded with Rejection.
Catatan: jika Anda belum familiar dengan RTC, silakan menemukan ulasannya di artikel ‘Selayang Pandang Resource Therapy‘ dan ‘Resource Therapy Diagnosis‘, termasuk menemukan ulasan sebelumnya tentang Vaded with Fear di artikel ‘Faktor-faktor Pembentuk Vaded with Rejection dalam Resource Therapy & Counselling (RTC)‘.
Sebagaimana sudah diulas di artikel sebelumnya, Vaded State adalah Resource State yang keaktifannya di Conscious State membawa Sensory Experience Memory dan ekspresi emosi negatif, yang membuat seseorang terjebak di kondisi disfungsional, mereka adalah Resource State yang dulunya normal dan fungsional untuk menjalankan satu tugas spesifik namun kemudian terluka akibat satu peristiwa tertentu dan sejak saat itu mereka tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya.
Namun demikian, bukan berarti semua kejadian yang menyakitkan, mengancam, atau berbahaya bagi Resource State akan menyebabkannya menjadi Vaded. Jika satu Resource State mengalami peristiwa yang bersifat melukainya namun ia lalu berkesempatan menceritakannya sesudah ia mengalaminya, bisa mengekspresikan yang dirasakannya, mendapatkan dukungan dan pemahaman, maka ia tidak akan menjadi Vaded State.
Kebanyakan Vaded State terbentuk di masa kanak-kanak, hal ini karena anak-anak sering kali merasa kesulitan meminta bantuan atau dukungan, karena mereka tidak dibiasakan untuk itu, ada kalanya mereka malah merasa takut jika mereka bercerita tentang masalahnya maka mereka malah akan dimarahi, maka mereka pun memendam rasa terlukanya, hal inilah yang menjadikan Resource State yang terluka tadi menjadi Vaded.
VADED WITH REJECTION
Resource State yang ketika aktif di Conscious State mengalami peristiwa dimana ia merasa keberadaannya ditolak, diabaikan atau terhina akan merasa dirinya keberadaan yang tidak berharga, keberadaan yang salah, keberadaan yang tidak seharusnya dan merasa tertolak (rejected), perasaan tertolak ini kemudian membentuk Vaded with Rejection.
Anak kecil yang merasa tertolak biasanya belum memiliki cukup kemampuan untuk menceritakan yang dirasakannya, ada perasaan takut, sungkan atau segan untuk mengungkapkan isi hatinya pada keluarganya atau pada pihak yang mereka rasa menolaknya, mereka juga tidak bisa menceritakan masalahnya pada teman karena ketika bersama temannya mereka berpindah ke Resource State lain yang memasuki mode bermain, sehingga Resource State yang memendam gejala Vaded State tidak muncul dan tidak berkesempatan menceritakan perasannya, sampai ia lalu secara resmi memasuki mode Vaded with Rejection.
Namun Vaded State yang terbentuk di masa dewasa karena ditolak bisa memaknai penolakannya secara berbeda, terutama jika kejadian penolakan yang terjadi padanya dialami oleh Resource State yang cukup sehat, yang bukan membawa mode Vaded State apa pun sebelumnya, sehingga penolakan atau penghinaan yang mereka alami bisa lebih menyebabkan mereka merasa ‘tidak dipahami’ dan frustrasi karenanya, maka yang terbentuk adalah Vaded with Confusion.
Berbeda dengan Vaded with Rejection yang aktif dalam bentuk perasaan cemas yang sulit dipahami dan juga tidak diketahui mengapa perasaan cemas itu ada atau siapa yang menyebabkan munculnya, Vaded with Confusion muncul berupa perasaan kesal atau frustrasi yang jelas ditujukan pada siapa, terutama jika Vaded State ini terbentuk di masa dewasa.
Anak-anak memiliki kebutuhan naluriah untuk merasa disayangi dan diterima sepanjang waktu, terutama oleh orangtuanya. Segala perkara yang membuat mereka merasa ditinggalkan, diabaikan atau dihina, bisa membuat mereka merasa ragu bahwa mereka bernilai adanya, keraguan inilah yang semakin mudah membentuk Vaded with Rejection.
Menjadi orangtua melibatkan keahlian, karena secara umum tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua maka kita belajar menjadi orangtua dengan mencontoh apa yang dilakukan orangtua kita, atau dengan mencoba-coba (trial and error) dimana upaya ini tidaklah selalu berbuah baik, belum lagi jika orangtua ternyata dibebani banyak masalah kehidupan yang sedemikian menyedot atensi dan energi mereka, sampai mereka kesulitan membagi waktunya untuk anak-anaknya, atau bahkan malah memperlakukan anak-anaknya dengan ketus dan kasar.
Namun demikian sebaik apa pun orangtua berupaya menyediakan kasih sayang pada anak selalu ada kemungkinan Vaded with Rejection tetap muncul, contoh dari kejadian yang bisa memunculkan Vaded with Rejection di antaranya:
- Ketika ia punya adik baru, yang membuat perhatian orangtua seolah teralihkan pada adiknya dan ia merasa dirinya tidak lagi bernilai.
- Karena ada orang lain yang menunjukkan perilaku merendahkannya seperti dicemooh oleh gurunya atau figur otoritas lain sehingga ia merasa dirinya kecil, bodoh dan tidak sebagus orang lain.
- Karena ada penolakan dari lingkungan atau temannya, orang-orang yang anak ingin dekati namun mereka malah menolaknya.
Perasaan ‘ditolak’ cukup identik dengan pernyataan ‘ada yang salah dengan diri saya’, perasaan ini bisa terbentuk karena merasa diabaikan atau diperlakukan dengan menyakitkan oleh orangtua, bisa juga karena ada orang lain yang justru membuat si anak merasa seperti itu karena mereka menunjukkan perlakuan yang membuat si anak merasa ada yang salah dengan dirinya.
Anak-anak memiliki naluri alami untuk disayangi dan diterima oleh lingkungan sekitarnya, mereka bisa dengan cepat menyadari jika orang di sekitarnya tidak memberikan itu, namun kepolosan mereka membuat mereka menyangka hal itu terjadi karena mereka tidak bernilai, bukan karena orang di sekitarnya tidak bisa memberikan itu.
Jika kejadian yang menimbulkan Vaded with Rejection hanya terjadi sesekali, misalnya karena dicemooh oleh orang lain atau ditolak oleh teman bermain, namun esoknya kejadian itu tidak terjadi lagi, maka biasanya dampaknya tidak akan seberat jika anak itu mengalami masa-masa diabaikan dan dicemooh yang berkepanjangan. Mereka yang selama hidupnya mengalami penolakan berkepanjangan akan menunjukkan ciri khas kepercayaan diri yang rendah dan sulit menampilkan dirinya, mereka bisa menarik diri dan enggan terlihat mencolok.
Saat seorang anak baru mengalami fenomena rejection namun ia juga bisa mengisahkan yang dirasakannya serta mendapatkan dukungan dari orang yang memahaminya selepas ia baru saja mengalami kejadian itu maka SEM yang membentuk Vaded State itu akan ternetralisir.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Resource Therapy? Memerlukan layanan Resource Therapy untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari Resource Therapy secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.