Hypnosleep Untuk Membantu Perubahan Anak
Daftar Isi
Seiring dengan diunggahnya artikel ‘Miskonsepsi Dalam Proses Hipnoterapi Pada Anak‘, terjadi fenomena menarik dimana berbagai pesan kemudian bermasukkan dari para calon klien yang ingin mengkonsultasikan permasalahan yang dialami anaknya.
Karena rata-rata permasalahan yang ingin dikonsultasikan oleh para klien sudah terangkum dalam artikel tadi, maka bisa dikatakan tidak banyak bahasan berkelanjutan yang bisa dikisahkan darinya, apalagi muara dari artikel itu sudah cukup jelas menyatakan apa saja aturan dan kebijakan yang berhubungan dengan proses hipnoterapi pada anak.
Namun demikian, muncullah dua pertanyaan yang tidak kalah menariknya:
Bagaimana melakukan hipnoterapi pada anak yang relatif masih kecil, yang memang bermasalah dari segi emosi dan perilaku, namun masih belum cukup memiliki kehendak untuk lepas dari masalahnya?
Bagaimana melakukan hipnoterapi pada anak yang relatif masih kecil, yang memang bermasalah dari segi emosi dan perilaku, namun masih belum memiliki fokus yang cukup untuk bisa menjalani prosesi hipnoterapi?
Tidak bisa dipungkiri, kedua persoalan di atas agak berbeda dengan bahasan yang sudah diulas di artikel sebelumnya, yang menjadikan saya merasa perlu menuliskan artikel kali ini agar bisa memberikan solusi pada calon klien yang memerlukan informasi sehubungan dengan hal ini.
PENTINGNYA KEHENDAK DAN FOKUS
Sebagaimana sudah diulas di berbagai artikel terdahulu yang menyoal hipnosis sebagai sebuah kondisi perpindahan kesadaran yang ditandai dengan berpindahnya gelombang otak (salah satunya di artikel ‘Mengenal Fenomena Trance & Kedalamannya‘), hipnosis bisa terjadi baik disengaja melalui sebuah proses yang dimaksudkan untuk menciptakan kondisi ini (formal hypnosis), bisa juga terjadi secara tidak disengaja karena kita sedang berada di momen dimana kondisi hipnosis terjadi dengan sendirinya tanpa kita sadari atau niatkan (informal hypnosis).
Hal penting untuk kita pahami sehubungan dengan hal ini yaitu bahwa dalam prosesi terapi kondisi hipnosis menjadi titik awal sebelum prosesi terapi lainnya dilakukan.
Yes, hipnoterapi bukanlah sebuah proses terapi menggunakan hipnosis, tapi prosesi terapi yang dilakukan dalam kondisi relaksasi-hipnotik, dimana seorang hipnoterapis melalui teknik relaksasi tertentu memandu kliennya berpindah level kesadaran dari kondisi pikiran sadar yang didominasi gelombang otak beta, ke kondisi pikiran bawah sadar yang didominasi gelombang otak alpha dan theta, di level kesadaran inilah teknik psikoterapi dilakukan untuk bisa menghasilkan perubahan positif pada program lama yang bersifat negatif yang tersimpan di pikiran bawah sadar.
Sekali lagi, kondisi hipnosis sendiri baru sekedar merupakan kondisi perpindahan kesadaran, berpindahnya level kesadaran seseorang ke kondisi hipnosis dalam prosesi terapi memang memberikan efek relaksasi, tapi itu belumlah cukup untuk menghasilkan efek perubahan signifikan di pikiran bawah sadar.
Tapi tetap saja kondisi hipnosis sendiri menjadi awal yang penting, dalam kondisi ini lebih mudah untuk mengupayakan perubahan langsung di pikiran bawah sadar, karena kita sedang berurusan langsung dengannya, dibandingkan dengan proses konvensional biasa yang dilakukan sebatas di pikiran sadar dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk bisa menjangkau pikiran bawah sadar.
Di satu sisi, kondisi hipnosis menjadi awalan penting, karena darinyalah proses terapi lanjutan bisa dilakukan, tapi di sisi lain disini juga kita perlu memahami bahwa untuk bisa memandu seseorang memasuki kondisi hipnosis, diperlukan kehendak dan fokus dari orang yang akan dipandu memasuki kondisi hipnosis ini.
Seperti sudah saya bahas di artikel ‘Miskonsepsi Dalam Hipnoterapi‘, hipnosis dan hipnoterapi bukanlah seperti yang kebanyakan orang kira di luar sana dimana ia bisa dilakukan pada sembarang orang begitu saja.
Salah satu syarat – di antara sekian banyak syarat lainnya – untuk bisa memandu seseorang memasuki kondisi hipnosis yaitu orang yang akan dipandu ini haruslah bersedia untuk dipandu memasuki kondisi hipnosis dan menjalani terapi.
Tanpa adanya kesediaan atau kehendak, maka merupakan sebuah kemustahilan bagi hipnoterapis untuk bisa memandu kliennya memasuki kondisi hipnosis ini.
Tapi bukan hanya kehendak, masih ada lagi satu syarat yang tidak kalah pentingnya, yaitu kemampuan seseorang untuk fokus.
Proses dimana seseorang dipandu memasuki kondisi hipnosis akan berisikan rangkaian sugesti yang mengarahkan fokus seseorang untuk berpindah dari luar dirinya ke dalam dirinya, sambil mengalami rangkaian proses relaksasi fisik-mental, sampai kemudian level kesadarannya berpindah ke pikiran bawah sadar.
Tanpa adanya kemampuan fokus yang ideal, maka proses perpindahan kesadaran ini menjadi suatu hal yang lagi-lagi sulit untuk bisa dilakukan dengan efektif.
TANTANGAN HIPNOTERAPI PADA ANAK
Tidakkah bahasan kita sejauh ini sudah menggambarkan dinamika umum yang menjadikan prosesi hipnoterapi pada anak sebagai tantangan tersendiri?
Ya, kehendak dan fokus adalah dua hal yang menjadi tantangan dalam hal ini.
Bahasan mengenai kehendak sudah saya bahas secara cukup menyeluruh di artikel ‘Miskonsepsi Dalam Proses Hipnoterapi Pada Anak‘ yang saya sebutkan di awal artikel ini, bahwa selama anak tidak menghendaki maka proses terapi tidak bisa dilakukan, terlebih jika permasalahan anak ternyata adalah bentuk ekspresi emosi terpendam mereka, sebagaimana sudah dijelaskan dalam artikel itu.
Semakin lebih rumit lagi ceritanya kalau permasalahan kehendak ini berhubungan dengan sebuah kondisi yang tidak bisa dibiarkan karena berpotensi membahayakan, tapi masalah itu bukanlah bentuk ekspresi emosi yang terpendam, melainkan semata program keyakinan bermasalah yang terbentuk di pikiran bawah sadar.
Contoh sederhananya begini, ada salah satu klien saya dulu yang anaknya tidak mau makan nasi dan makanan organik (sayur, buah, daging dan sejenisnya) sama sekali, hari-harinya dihabiskan hanya untuk makan mi instan atau makanan kemasan pabrikan lain.
Sebagai orang tua tentu hal ini menjadi suatu perkara yang dilematis, di satu sisi jika anaknya tidak makan sama sekali maka akan membahayakan kesehatannya, tapi di sisi lain yang dimakan anaknya juga merupakan hal-hal yang membahayakan jika dibiarkan berkelanjutan.
Masalahnya adalah si anak justu tidak menginginkan diterapi, karena baginya itu bukanlah masalah, baginya yang menjadi masalah adalah justru makan makanan organik, karena ia memandang semua itu sebagai hal yang tidak baik baginya (program ini entah sejak kapan tersimpan dan bagaimana itu tercipta).
Dalam hal ini bukankah tidak ada kehendak dalam diri anak untuk menjalani terapi, maka apakah terapi bisa dilakukan? Jawabannya adalah: tidak.
Bagaimana kalau nantinya anak tersadar dan kemudian ingin diterapi? Ini lain cerita, di titik ini anak akan lebih mungkin untuk diterapi, karena modal dasar pertama, yaitu kehendak, sudah ada dalam dirinya.
Waktunya melihat kemungkinan kedua, yang akan lagi-lagi menentukan efektivitas penanganan, yaitu: fokus.
Sekiranya anak mampu fokus untuk menjalani penanganan, mampu menalar instruksi dari hipnoterapis dengan baik, barulah penanganan dikatakan kondusif untuk dilakukan, dimana kemampuan untuk bisa fokus ini sangatlah ditentukan oleh beberapa faktor, dan satu yang cukup dominan yaitu usia.
Tidak ada ketetapan standar atas usia yang ideal bagi seseorang anak untuk menjalani penanganan, karena yang menjadi penentunya adalah kedua hal di atas tadi, yaitu kehendak dan fokus, namun dari pengalaman subjektif saya menangani klien, usia ideal dimana seorang anak mulai mampu fokus dengan lebih stabil yaitu berkisar di usia 12 tahun.
Bukan berarti anak berusia di bawah 12 tahun tidak bisa menjalani terapi, sekali lagi semua kembali pada tingkat kehendak dan kemampuan mereka untuk fokus.
Saya pernah membantu penanganan anak berusia 8 tahun yang takut untuk tidur sendiri di kamarnya.
Menariknya adalah anak ini memiliki tingkat kehendak yang tinggi untuk bisa tidur sendiri di kamarnya, utamanya karena ia mendapati teman-teman sekolahnya sudah melakukan hal ini dan ia tidak mau merasa malu karenanya.
Di sisi lain, anak ini juga memiliki tingkat fokus yang baik, perbincangan saya dengan anak ini membuahkan kesimpulan bahwa anak ini siap dan bisa ditangani dengan teknik hipnoterapi, maka masalah dalam diri anak ini pun bisa dituntaskan dengan baik.
Mari sekarang beralih ke topik permasalahan utama, yaitu ketika orang tua mendapati bahwa permasalahan anak bukanlah permasalahan yang bersumber dari ekspresi emosi yang terpendam, melainkan dari program keyakinan yang bermasalah di pikiran bawah sadar, yang entah dari mana dan bagaimana tertanam dalam diri anak, dan anak dalam kondisi tidak berkehendak untuk diterapi dan juga belum bisa menjaga fokus secara ideal ketika menjalani penanganan.
Jika permasalahan anak yang bersumber dari ekspresi emosi yang terpendam atas perlakuan orang tua, solusinya akan cukup sederhana, ketika orang tua mengubah perilakunya maka permasalahan anak akan perlahan ikut terselesaikan, tapi lain ceritanya jika permasalahan anak bersumber dari program bermasalah yang tertanam di pikiran bawah sadar, untuk yang satu ini meski orang tua mengubah perlakuan mereka pada anak, tidak serta-merta anak akan berubah, apalagi dengan adanya dua kendala di atas tadi, yaitu tidak adanya kehendak dan tidak idealnya tingkat fokus anak untuk menjalani penanganan.
Apakah situasi ini menandakan tidak ada opsi apa pun yang bisa diambil untuk membantu penanganan permasalahan anak?
Ada, salah satu solusi yang bisa dilakukan yaitu teknik hypnosleep.
Meski tidak memberikan keajaiban instan, alih-alih hanya berdiam diri hypnosleep cukup bisa menjadi solusi bagi para orang tua yang ingin membantu mengubah perilaku anaknya secara mandiri.
HYPNOSLEEP SEBAGAI SOLUSI
Hypnosleep adalah salah satu aplikasi dari hipnosis dan hipnoterapi untuk pengembangan diri, dimana prosesnya dilakukan justru dari kondisi tidur. Karena dilakukan dari kondisi tidur, hypnosleep bisa dilakukan di rumah oleh orang tua pada anak.
Kenapa dari kondisi tidur? Hal ini karena gelombang otak dalam kondisi tidur merupakan gelombang otak yang terdekat dengan pikiran bawah sadar.
Hipnosis adalah fenomena terjadinya perpindahan kesadaran yang ditandai dengan berpindahnya gelombang otak dari beta ke alpha atau theta.
Gelombang otak beta (12 – 25 Hz) adalah gelombang otak yang kita umumnya gunakan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan proses berpikir aktif dan analitis. Sementara gelombang otak alpha (8 – 12 Hz) dan theta (4 – 8 Hz) adalah gelombang otak yang kita alami ketika kita berada di kondisi yang rileks, seperti setengah tertidur, sebelum kita lantas tertidur lelap di gelombang otak delta (0,5 – 4 Hz).
Artinya, dalam keseharian yang kita jalani, kita sebenarnya sudah sering kali berada di gelombang otak yang beririsan dengan pikiran bawah sadar ini, yaitu ketika kita akan tidur di malam hari, di momen ketika kita bersiap tidur dari kondisi siaga (beta) dan perlahan merilekskan diri memasuki kondisi setengah sadar (alpha dan theta), sebelum kemudian memasuki kondisi tidur pulas (delta).
Hal yang sama terjadi ketika kita terbangun dari tidur, kita beranjak dari kondisi tidur pulas (delta), memasuki kondisi setengah sadar (alpha dan theta) terlebih dahulu, sebelum kemudian memasuki kondisi siaga kembali untuk beraktivitas (beta).
Namun demikian, karena prosesnya terjadi dengan sedemikian cepat maka sering kali kita tidak menyadari ketika kita sedang berada di level pikiran bawah sadar itu, yang terjadi adalah kita hanya berada di dalamnya sekian saat sebelum memasuki kondisi tidur pulas (jika akan bersiap tidur), atau hanya berada di dalamnya sekian saat sebelum kembali siaga (jika akan bangun dan beraktivitas).
Dalam prosesi terapi, yang dilakukan hipnoterapis adalah memandu klien melakukan serangkaian relaksasi fisik dan mental – seperti halnya akan tidur – agar klien bisa menurunkan gelombang otaknya dari beta ke alpha atau theta, namun ketika berada di gelombang otak alpha atau theta ini hipnoterapis kemudian memertahankan kondisi klien agar tidak larut ke gelombang otak delta yang menjadikan klien tertidur, dan bukan lagi berada di kondisi pikiran bawah sadar.
Keseluruhan proses relaksasi tadi lagi-lagi mensyaratkan kehendak dan fokus, dalam kasus permasalahan pada anak yang tidak memiliki keduanya maka proses itu tidak bisa dilakukan, disinilah hypnosleep berperan menjadi sebuah proses dimana orang tua melakukan proses terapi pada anak ketika anak sudah tertidur.
Ketika anak tertidur dan berada di gelombang otak delta, orang tua memberikan stimulus ringan, yang bernada seperti membangunkan (tapi tidak sampai membangunkan anak), hanya membawanya ke level yang lebih ringan – seperti setengah sadar, dimana di kondisi ini gelombang otak anak sedang naik dari delta ke theta – dimana di kondisi inilah orang tua memberikan sugesti untuk mengubah perilaku anak, karena gelombang otak anak berada di kondisi yang sangat dalam, antara theta dan delta, maka sugesti bisa diterima dengan sangat baik dan perubahan perilaku lebih bisa tercipta karenanya.
CARA DAN LANGKAH MELAKUKAN HYPNOSLEEP
Menutup artikel ini, berikut adalah bahasan tentang cara dan langkah melakukan hypnosleep yang saya bagi menjadi 4 langkah.
Sedikit catatan dari saya, mohon berhati-hati dan gunakan teknik ini dengan bertanggungjawab, hypnosleep bisa memberikan efek yang sangat kuat bagi anak, gunakan teknik ini dengan sangat berhati-hati agar tidak menjadikan anak semata robot atau boneka yang diprogram sekehendak hati oleh orang tua, tetaplah hargai keunikan anak dengan segala perilakunya.
Catatan kedua dari saya, sebelum melakukan hypnosleep ini Anda perlu menyiapkan dulu isi sugesti dari yang Anda akan sugestikan ke pikiran bawah sadar anak.
Langkah Kesatu, Pastikan Anak Tertidur Pulas
Hypnosleep dilakukan dalam kondisi gelombang otak antara delta dan theta, maka orang tua harus memastikan anak sudah berada di gelombang otak delta, yang ditandai dengan anak sudah dalam kondisi tertidur pulas.
Kondisi tidur pulas ini bisa dilihat dari pola napas anak yang dominannya menggunakan pernapasan perut, ketika menarik napas perut membesar dan ketika menghembuskan napas perut mengecil.
Langkah Kedua, Jalin Komunikasi Dengan Pikiran Bawah Sadar
Langkah kedua ini menjadi langkah dimana orang tua mulai akan berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar anak, atau membawa anak dari kondisi delta ke theta.
Proses ini bisa dilakukan dengan orangtua berbicara lembut di dekat telinga anak dan menyatakan proses komunikasi dengan pikiran bawah sadar anak, misalnya “Nak, ini papa/mama, kalau mendengar suara papa/mama gerakkan jari telunjuk ini.” (sambil sentuh jari telunjuk anak).
Tunggu jari telunjuk anak bergerak, ketika jarinya bergerak tandanya pikiran bawah sadar sudah terakses.
Mengapa menggunakan jari? Karena jari adalah bagian yang ototnya bisa digerakkan tanpa harus menggunakan pengerahan fokus yang terlalu banyak. Pengerahan fokus yang terlalu banyak berpotensi membuat seseorang mengakses gelombang otak beta, sehingga membuyarkan gelombang otak pikiran bawah sadar.
Jika anak tidak merespon berarti ia masih berada di gelombang otak delta, ulangi lagi prosesnya, berhati-hatilah dalam prosesnya untuk tidak terlalu keras menyatakan proses komunikasi ini, karena jika terlalu keras sampai anak terbangun maka ia akan berpindah ke gelombang otak beta, yang menjadikan pikiran bawah sadar malah tidak terakses.
Begitu jari telunjuk anak bergerak sebagai tanda pikiran bawah sadar terakses sambung kalimat kita dengan pernyataan untuk menjaga level kesadaran anak di gelombang otak yang kita harapkan, misalnya “Nak, kamu mendengar suara papa/mama dengan jelas…sambil mendengar suara papa/mama, mata kamu tetap menutup…kamu tetap tidur dengan nyenyak dan semakin nyenyak lagi…kalau paham gerakkan telunjuk ini” (sambil sentuh telunjuk anak).
Ketika telunjuk anak bergerak lagi maka pikiran bawah sadar sudah terakses dan siap merespon, waktunya melanjutkan ke tahap berikutnya.
Langkah Ketiga, Berikan Sugesti Positif
Siapkan sugesti yang sudah kita buat sebelumnya, mulai berikan sugesti positif ini dan akhiri dengan persetujuan anak yang ditandai oleh gerakan telunjuknya lagi.
Misalnya “Nak, mulai sekarang dan seterusnya kamu mulai mencoba untuk makan sayur dan buah, ketika kamu makan sayur dan buah kamu merasakan sayur dan buah enak sekali rasanya, membuat kamu sehat dan kuat.”
Ulangi sugesti itu 3x, lalu akhiri dengan kalimat “Kalau mendengar papa/mama gerakkan telunjuk ini” (sambil sentuh telunjuk anak), ketika jari telunjuk anak bergerak tanda sugesti sudah diterima.
Terdapat beberapa panduan untuk merangkai sugesti hypnosleep ini, tapi beberapa aturan mendasar yang bisa Anda gunakan adalah:
- Sugesti yang diberikan dimaksudkan untuk kebaikan anak, bukan untuk memprogram anak menjadi ‘robot’ sesuai keinginan kita.
- Sugesti bisa disampaikan dengan awalan “Mulai sekarang dan seterusnya…” agar menandakan bahwa sugesti ini bekerja mulai sekarang, secepatnya dan seterusnya, maka itu pastikan sugesti yang diberikan adalah untuk kebaikan anak.
- Sugesti diberikan dalam bentuk kalimat positif, bukan dalam bentuk kalimat negatif yang memuat kata “jangan” atau “tidak”, misalnya bukan mengatakan “Mulai sekarang dan seterusnya kamu tidak lagi merasa takut tidur sendirian” tapi dengan mengatakan “Mulai sekarang dan seterusnya kamu merasa berani tidur sendirian”, kata ‘tidak takut’ adalah kalimat negatif karena memuat kata ‘takut’, gunakan saja kata positif yang menandakan hal spesifik yang kita tanamkan, yaitu ‘berani’.
- Sugesti diberikan dengan memberikan efek positif pada anak yang bisa ia nikmati, hal-hal yang bisa membahagiakannya, misalnya “Mulai sekarang dan seterusnya kamu merasa berani tidur sendirian, ketika kamu tidur sendirian kamu merasa tenang karena tahu Tuhan selalu menjaga kamu…dan kamu bisa bangun dengan semangat…kamu merasa bahagia menjadi anak yang berani, mama/papa bangga sama kamu.”
- Ada kalanya beberapa sugesti perlu diberikan perlahan, seperti sugesti agar anak mau makan sayur dan buah, tidak langsung diberikan dalam bentuk “Mulai sekarang dan seterusnya kamu makan sayur dan buah” tapi “Mulai sekarang dan seterusnya kamu mulai mencoba untuk makan sayur dan buah” agar anak memulainya dengan mencoba terlebih dahulu, sehingga efeknya terasa perlahan.
Langkah Keempat, Tutup Prosesnya
Selesai dengan telunjuk anak yang bergerak menerima sugesti yang sudah disampaikan tadi sebanyak 3x, waktunya menutup prosesnya, yaitu dengan mengatakan berbagai hal positif tentang diri anak, ungkapan sayang, doa positif untuk anak, dan instruksi untuk tidur dengan nyenyak dan bangun dengan segar.
Misalnya: “Bagus sekali…kamu anak pintar, anak sehat, anak kuat, anak yang berbakti, mama/papa sayang kamu…mama/papa doakan kamu selalu sehat, kuat dan pintar…mama/papa sayang kamu...(jeda sebentar)…sekarang tidur dengan nyenyak, merasa tenang sekali ketika tidur…nanti ketika dibangunkan, kamu bangun dengan segar dan sehat…jika mendengar suara papa/mama gerakkan telunjuk ini” (sentuh telunjuk anak).
Setelah anak menggerakkan jari telunjuknya, cukup berikan intruksi seperti “Bagus, sekarang lanjutkan tidur dengan nyenyak dan tenang ini sampai pagi nanti papa/mama membangunkan kamu”, lalu berikan ungkapan sayang pada anak, seperti pelukan atau ciuman hangat.
Langkah-langkah di atas bisa dilakukan beberapa kali (beberapa hari) sampai memberikan hasil, bisa dilakukan setiap malam ketika anak tidur sampai nantinya anak mulai menunjukkan perubahan pada perilakunya.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.